Selasa, 08 Mei 2012

Dinamika Penuh Insight


                Siang ini cuaca kembali mendung, kemudian hujan. Sejak kemarin terus seperti ini di Depok dan Jakarta, setiap hari dilalui Raffi seperti itu pada musin peralihan seperti saat ini. Akhir semester, baunya, dinamikanya, ritmenya, mulai terasa di atmosfer kampus dimana berkurangnya jumlah manusia-manusia yang dahulu suka sekali menghabiskan waktunya dengan bersantai dan berinteraksi dengan manusia lainnya di kampus. Lebih banyak terlihat mereka-mereka yang sibuk dengan laptop, buku, maupun kertas-kertas tugas masing-masing. Seperti Senin kemarin, Raffi datang ke kampus dengan mengendarai motornya yang ia sayangi, mungkin pacarnya sendiri akan cemburu.
                Tugas dan aromanya sudah mulai terendus sejak Raffi memarkirkan motornya. Memang di waktu-waktu akhir semester seperti ini tugas adalah peran antagonis selain UAS. Pikiran, tenaga, daya dan upaya seluruhnya terfokuskan pada mereka-mereka itu. Di dalam kelas, seperti biasa terjadi transfer ilmu dari dosen ke mahasiswanya. Namun yang membuat masa-masa ini menjadi unik adalah beberapa fenomena yang sering terjadi dari tahun ke tahun, setelah Raffi menjalani kehidupan kuliahnya. Seperti biasa, dosen kembali menjejalkan materi namun tingkat konsentrasi mahasiswanya sudah jauh menurun dibandingkan ketika UTS menjelang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya laptop yang dibuka ketika kegiatan perkuliahan berlangsung. Biasanya, laptop-laptop ini dipergunakan untuk membuat tugas. Namun tidak sedikit juga yang menggunakannya untuk mencari kesenangan dari berselancar di dunia maya, entah kesenangan dan informasi apa yang dicari. Bagi yang tidak membawa laptop biasanya tidak bersedih, mereka punya cara mereka sendiri. Melamun, tidur dengan berbagai daya upaya dan tipu muslihat untuk mengelabuhi dosen merupakan pemandangan yang sangat biasa. Raffi sendiri, masih berusaha menghormati dosennya yang menurutnya sangat baik, ia masih memperhatikan kuliah dan mencatat.


                Lepas dari kelas, tersedia jarak waktu sekitar satu setengah jam sebelum kelas selanjutnya dimulai di hari Senin. Raffi memilih untuk pergi menuju kantin terdekat dan makan sambil mengobrol dengan teman lainnya. Selepas makan dan bercengkrama dengan yang lain, tugas kelompok sudah menanti. Entah kenapa di fakultas tempat Raffi berkuliah, tugas kelompok adalah suatu hal yang lumrah, terlalu lumrah. Pernah suatu hari Raffi memikirkan alasan dari hal tersebut. Mungkin karena kebutuhan di dunia kerja yang sebenarnya dalam bidang ini adalah mampu bekerja dalam kelompok yang individunya bermacam-macam dan berbeda latar belakang. Insightnya, kemampuan adaptasi dan profesionalitas sudah dilatih sejak di bangku kuliah dengan cara tugas kelompok seperti itu.
                Hari Senin berlalu, kembali ke rumah larut malam, mecari berbagai informasi mengenai tugas-tugas individu dan kelompok selanjutnya, kemudia tidur dini hari. Jarak antara rumah dan kampus yang ditempuh dalam waktu satu jam, bagi orang lain adalah suatu hal yang luar biasa. Seringkali Raffi bingung dengan tanggapan teman-temannya ketika ditanyai akan hal tersebut, sementara Raffi bisa karena ia telah terbiasa. Malah menurutnya, ia sangat menikmati perjalanan itu. Petualangan, itulah yang selalu ada di pikiran Raffi ketika ia menempuh jarak itu. Berbagai potret kejadian di sepanjang perjalanan mampu memberikannya insight-insight tertentu yang tidak bisa didapatkan dari pengalaman lain. Contohnya seperti insight dari dinamika kendaraan di jalan raya yang dianalogikan dengan kehidupan seseorang. Jika kita ingin berkendara dengan nyaman, kita harus melihat keadaan sekitar kita sebelum melakukan manuver-manuver untuk mendahului. Jika kita ingin hidup dengan nyaman, kita harus melihat keadaan sekitar kita dan menghormati orang lain sebelum melakukan hal-hal tertentu. Kurang lebih seperti itu contohnya.
                Selasa, sebuah hari yang panjang bagi Raffi. Tiga mata kuliah dalam satu hari dengan tenggat waktu yang super sempit. Hari Selasa merupakan satu error dalam mengatur jadwal kuliah bagi Raffi namun sejak kecil tidak pernah ia diajarkan untuk banyak mengeluh. Ia hanya diajarkan untuk terus maju dan menjalani apapun keadaan yang ia hadapi, apapun pilihan yang ia ambil. Mungkin hal inilah yang menjadi nilai lebih bagi Raffi dibandingkan dengan orang lain disekitarnya. Tapi bagi Raffi sendiri, hal ini tidaklah sepenting itu untuk diperhatikan apalagi dibandingkan dengan orang lain.
                Kembali ke hari Selasa, tugas kelompok kembali menggoda dan memaksa Raffi untuk menengoknya. Dua tugas kelompok harus ia hadiri dalam satu hari dan salah satunya dikumpulkan pada hari itu juga. Entah energi apa yang ia miliki, Raffi masih mampu tertawa dan tersenyum-senyum seperti tidak akan terjadi apa-apa pada hidupnya walaupun terus dihantui oleh tugas-tugas itu. Ia pun mengerjakan tugas kelompok itu bersama teman-temannya. Sedikit banyak ia merasa kurang memberikan arti khusus dalam pekerjaan bersama itu. Perasaan bersalah menghantuinya. Namun ia tidak patah semangat, terus mencari celah untuk ditambal menjadi pekerjaannya dalam kelompok itu. Ketika petang, selesailah tugas itu. Konsekuensi yang tidak diperhitungkannya, ia gagal menghadiri pertemuan kelompok lainnya. Ia hanya bisa memendam rasa sungkan atas teman-teman kelompoknya yang lain.
                Percintaan, tidak lepas dari kehidupan manusia, terutama remaja. Begitu juga dengan Raffi. Ia tidak ingin banyak membahas mengenai hal ini. Entah mengapa.

gambar: panoramio.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar