Ketika diri akan
berkembang, masalah adalah ujiannya. Tertekan dan hampir hilang kewarasan dari
diri akibat ini. Entah karena begitu berat atau diri yang melemah. Sangat terlihat
pada diri bahwa perasaan lebih kuat dari pikiran. Saat perasaan itu harus
ditahan dan dikontrol dengan bantuan pikiran, terjadi kelebihan beban yang
mengakibatkan batasan antara waras dengan tidak hampir tidak terlihat lagi. Terlihat
biasa di luar, namun semakin lama semakin terasa berat di dalam. Benar-benar
berdiri sendiri tanpa ada yang membantu. Tidak ada yang bisa dipercaya selain
Dia dan dia.
Saat-saat seperti ini,
diri yang lemah akan banyak memunculkan kata seandainya. Maka terjadilah.
Sebelum semuanya dimulai,
sedikit, bahkan hal kecil sekalipun mampu memberikan suntikan energi yang besar
terhadap diri. Mampu membuat senyuman yang langka itu terkembang. Proses yang
dilalui terasa begitu ringan karena saat itu, keadaan memang belum bisa
diharapkan dan harapan dikecilkan dengan perbandingan yang dititikberatkan pada
usaha dan doa. Setelah pikiran dan perasaan diatur dan sepakat, perjalanan
dimulai. Sempat tidak yakin, sempat tidak percaya diri, namun semua itu ditepis
dan sekuat-kuatnya terus maju. Hasilnya, impian yang sebelumnya dirasa mustahil
berhasil diwujudkan.
Saat ini, kembali diuji. Ketahanan
dan kekuatan diri ditekan hingga hampir melewati batas toleransinya. Hal ini
dilihat sebagai latihan menuju diri yang baru. Ketika dilihat pada masa penuh
ujian seperti ini, beberapa hal ternyata bisa dipelajari. Untuk bisa lebih
percaya dan meyakini, mengubah sudut pandang, merawat harapan yang sedang
tumbuh, dan memegang teguh tujuan serta alasan yang disepakati bersama.
Mau berkembang, mau
meyakini, mau percaya, mau memperbaiki sudut pandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar