Bertanya kepada seorang teman mengenai pendapat dia ketika kata “partner”
disebutkan, handphone menjadi jawabannya.
Sebelumnya,
saya merasa selalu membuat kesalahan dengan membangun dan membina sebuah
hubungan yang membuat orang-orang di dalamnya ketergantungan satu sama lain. Mengapa
saya bilang kesalahan ? Karena saya merasakan dampak negatif yang bersifat
jangka panjang dari keadaan tersebut. Di sisi lain, saya juga melihat adanya
dampak positif dari ketergantungan tersebut namun hanya terjadi dalam jangka
pendek.Tidak hanya sekali terjadi seperti itu sehingga saya ingin melihat ini
lebih dalam.
Pada awalnya
selalu terasa indah. Secara umum, hal ini memang wajar dan dialami oleh setiap
orang. Namun, lama-kelamaan semuanya mulai tergerus dan yang tersisa hanya
kedekatan dan komitmen dengan sedikit hasrat. Saya melihat, hasrat inilah yang
membuat semuanya indah di awal, ketergantungan berawal dari hasrat. Orang-orang
yang pada awalnya mandiri mulai digerus kemandiriannya dengan pukulan-pukulan
dari hasrat yang dirasakan. Hingga sampai di satu titik, mereka kehilangan sebagian
besar kemandirian mereka dan mulai bergantung kepada orang lain. Sejak saat
itu, ketergantungan akan orang lain mulai tumbuh dan akan terus berkembang jika
terus dipelihara. Sejak awal, sudah terlihat kesalahan (yang pada awalnya tidak
saya sadari) yaitu dilepasnya hasrat dengan sebebas-bebasnya hingga ia
mendominasi sebuah jalinan. Saya melihat, hasrat ini hanyalah salah satu “antek-antek”
dari insting manusia yang tidak bisa dihilangkan. Namun demikian, hasrat bisa
dikendalikan dengan menggunakan kontrol diri dan regulasi diri yang baik
sehingga perannya dapat diperkecil dan dampaknya bisa diredam. Saya pun
memutuskan untuk berdiri dengan pendapat saya bahwa dalam sebuah jalinan, hal
yang perlu mendominasi adalah kedekatan dan komitmen, hasrat hanya sebagai
pelengkap.
Kedekatan
dan komitmen menjadi unsur dominan. Seseorang yang memulai jalinannya dengan
orang lain berdasarkan pada dominasi kedua unsur tersebut kemungkinan besar
tidak akan terjebak ke dalam sebuah ketergantungan. Kedekatan yang dimaksud
dalam tulisan ini adalah kedekatan akibat interaksi yang terjadi secara kontinu
antar dua orang atau lebih. Dengan menjadikan kedekatan sebagai dasar dalam
sebuah jalinan, hubungan dan interaksi yang terjalin antar dua orang atau lebih
akan menjadi lebih erat karena adanya kecocokan yang terjadi secara logis
(misalkan, kecocokan dalam hal pendapat akan suatu hal, kesamaan hobi, sifat
yang saling melengkapi, dan lainnya). Dikatakan secara logis maksudnya adalah
kedekatan tersebut terjadi akibat proses pertukaran informasi yang terbuka
antar dua pihak atau lebih dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Akan terasa
dan terlihat dengan jelas proses terbangunnya kedekatan ini secara bertahap. Dampaknya,
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya akan mendapatkan infromasi-informasi,
baik verbal maupun non-verbal, terkait pihak yang terlibat sehingga ia bisa
membuat keputusan dengan dasar yang empiris, apakah hubungan dan interaksi
tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. Keputusan itu bisa diambil oleh
pihak-pihak tersebut dan bersifat subjektif.
Bila
kedekatan sudah dibangun dan disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat, hubungan
dan interaksi yang terjadi akan berusaha mereka pertahankan karena
masing-masing merasakan manfaatnya. Ketika proses mempertahankan dimulai,
secara sadar maupun tidak, mereka akan membuat kesepakatan untuk terus
melakukan hubungan dan interaksi dimana mereka terlibat secara langsung di
dalamnya. Kesepakatan itu merupakan wujud dari komitmen. Komitmen memiliki peran
untuk menjaga hubungan dan interaksi pihak-pihak tersebut tetap berlangsung,
baik dalam keadaan baik maupun buruk. Beberapa dampak lain dari adanya komitmen
ini adalah penerimaan terhadap sisi negatif dan positif yang lebih tulus akan
masing-masing pihak, satu sama lain.
Bumbu-bumbu
yang mampu membuat hubungan dan interaksi tersebut menjadi lebih menarik dan
seru, itulah peran dari hasrat yang tidak terlalu banyak itu. Emosi-emosi yang
tidak bisa dijelaskan oleh pikiran, yang mampu mendorong diri untuk berbuat hal
di luar kewajaran dalam sebuah hubungan dan interaksi, hasratlah dalangnya. Namun
demikian, perannya masih dibutuhkan untuk membuat gejolak di dalam hubungan dan
interaksi tersebut sehingga tetap seru dan berwarna akibat ikut bermainnya emosi
di dalam.
Kembali
ke kalimat awal dari tulisan ini, tentang jawaban dari seorang teman tentang “partner”.
Saya melihat peran handphone dalam kehidupan manusia jaman sekarang kurang
lebih memenuhi kriteria yang sudah saya paparkan sebelumnya. Namun, tetap tidak
bisa disamakan antara benda mati dengan makhluk hidup, dimana kehangatan dan
ketulusan hanya bisa diberikan dan dirasakan oleh makhluk hidup. Hanya saja,
poin utama yang ingin disampaikan oleh teman tersebut adalah peran, bukan
sifat.
Diinspirasi oleh
pengalaman, seorang teman, dan The Triangular Theory of Love milik Robert Sternberg.
Daftar Pustaka
Wisnuwardhani, Dian.,
Mashoedi, Sri Fatmawati. 2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar