“Kata nyokap gue, kalo diem-diem gitu berarti lagi ada setan lewat...”,
ucap pria itu ketika berdua dengan seorang wanita. Tertawa berdua. Malu.
Pada awalnya, tidak terpikirkan untuk bertemu dan
berkegiatan bersama pada hari itu. Hal itu disebabkan oleh jadwal yang tidak
cocok, diketahui dari beberapa sumber. Namun ketika terjadi percakapan ketika makan
siang, semuanya berubah. Setelah berdoa dan tidur siang, pertemuan yang diatur
ulang akibat perubahan rencana terjadilah. Menuju beberapa tempat sambil
memikirkan akan melakukan apa selanjutnya, berdua. Rasa canggung begitu terasa
dalam diri. Malu dan gugup benar-benar menguasai diri pria itu ketika
berhadapan dengan wanita satu ini. Lidah menjadi kelu dan otak pun buntu. Bahkan,
ketika akan memilih tempat untuk makan, otaknya seperti beku dan melupakan
semua tempat yang sudah ia jelajahi. Akhirnya, kesempatan baik untuk mengenal
lebih jauh itu pun kurang dimaksimalkan.
Sebuah percakapan yang baik bisa dimulai dari
memberikan perhatian, walaupun sedikit, kepada lawan bicara. Perhatian yang
sedikit itu mampu memancing munculnya percakapan karena pada dasarnya manusia
itu suka menceritakan tentang dirinya sendiri. Apalagi, bila ada orang yang
memperhatikan dan mau mendengarkan ceritanya. Hanya saja, seringkali memberikan
perhatian kecil sebagai awal sebuah percakapan tidak semudah itu bisa
dilakukan, oleh semua orang. Pengendalian emosi dan ketenangan dibutuhkan untuk
mengatasi hal ini. Coba perhatikan lawan bicara. Apa yang bisa ditemukan dan
tidak menyinggung hal-hal yang terlalu pribadi, jadikan sebagai pemantik
pembicaraan. Contohnya seperti pakaian yang dikenakan, kegiatan yang sedang
atau telah dilakukan, dan lainnya. Tunjukkan bahwa antusiame yang tulus ada
dalam setiap pertanyaan dan perhatian yang diberikan sehingga orang lain bisa
merasa nyaman. Dimulai dari perhatian dan percakapan kecil, pembelajaran akan diri
orang lain dan diri sendiri secara resiprokal bisa terjadi dan berlanjut. Namun
demikian, perlu diperhatikan bahwa topik pembicaraan dan gesture yang sopan harus tetap dijaga. Ketulusan menjadi kunci
utama.
Ketika akan menuju suatu tempat, kita akan bertanya
arah dan jalan seperti apa yang akan ditempuh. Begitu juga ketika akan
mengenali dan memperkenalkan diri kepada orang lain. Sedikit banyak, harus
diketahui informasi mengenai orang yang menjadi target, baik itu informasi secara
umum maupun khusus (contoh: sifat, kepribadian, dan lainnya). Dengan demikian,
jalan dan cara yang dipilih sebagai akses pertama untuk membangun kepercayaan
dan kedekatan dengan orang itu bisa efektif dan efisien. Contohnya seperti
mendekati seseorang yang cepat dan tidak suka dibohongi, jalan yang bisa
ditempuh adalah dengan menjadi lebih cepat darinya dan terus jujur disetiap
yang dikatakan. Pengetahuan akan diri orang yang menjadi target akan sangat
membantu dalam proses mendekatkan diri.
Tunjukkan diri apa adanya, sejujur dan setulus
mungkin. Biarkan penilaian dilakukan oleh lawan bicara secara subjektif. Usaha hanya
sampai di bagaimana kita bisa jujur dan tulus menunjukkan diri sampai batas
tertentu yang ditentukan oleh diri sendiri. Lupakan hasil, cukupkan ekspektasi,
dan maksimalkan usaha. Doa bisa menjadi penenang jiwa yang kalut.
Semoga
percakapan-percakapan di kesempatan selanjutnya bisa dimaksimalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar