Fenomena ada disekitar. Jika manusia mau perduli dan
memberi sedikit perhatian tentu mereka akan menemukan berbagai macamnya. Begitulah
yang hari ini secara tidak sengaja ditemukan. Berawal dari kesengsaraan,
berlanjut pada ketidakpastian yang ditutup-tutupi serapi mungkin, solusi yang
mendadak, hingga kegagalan yang berbuah kebahagiaan yang akan diingat seumur
hidup. Hari yang berwarna.
Sedikit
perhatian. Saat melihat kondisi yang sama dua kali hari ini membuat perasaan mengatakan
adanya suatu kesedihan jauh di dalam diri mereka. Mungkin kesepian, mungkin
kesedihan, mungkin absennya beberapa bagian dari kehidupan manusia normal pada
diri mereka, yang pada nyatanya bisa disaksikan, membuat intuisi berkata
demikian. Daerah terpencil, wisma mini, dan sendirian dirasa sudah cukup untuk
memberikan sebuah gambaran perasaan yang mungkin ada di dalam mereka. Ini hanya
pendapat pribadi saja.
Keengganan
yang entah dikomunikasikan dengan cara apa berhasil ditangkap pada hari ini
juga. Ketidakpekaan memang sebuah penutup “mata dan telinga” yang ampuh. Bahkan
pilihan baru dibuat dan dijalankan hanya untuk menuruti ketidakpekaan itu. Setelah
diingat-ingat lagi, terasa tidak manusiawi bagi pihak yang mengalah.
Ada
emosi yang ditahan. Atau mungkin hanya rasa kantuk ? Sulit dibedakan saat mata
dan wajah tidak terlihat. Bagaimana dengan suara ? Ah, rasanya sulit melakukan
penyelidikan dari hal tersebut. Ya, ekspresi wajah dan sorotan mata menjadi
salah satu cerminan untuk melihat ke dalam. Ada kesal dan kantuk disana yang
enggan untuk ditampilkan. Tercium tipis-tipis aromanya.
Ekspresi
normal pun kasat mata. Namun berhasil ditemukan dicelah-celah kesempurnaan
topeng itu sebuah ekspresi dan tanda-tanda kecil suatu hal yang disembunyikan
dalam-dalam. Mungkin terlalu di-repress
hingga tidak disadari lagi. Tapi tidak dapat dipungkiri eksistensinya. Terdengar
agak menyeramkan sekaligus menyedihkan. Kenapa harus di-repress ? Hanya yang bersangkutan yang bisa menjawab.
Terlepas dari yang dikatakan intuisi dan perasaan,
mata hanya menangkap gelagat keceriaan dan kondisi normal jiwa seorang manusia.
Tetap saja, sering kata-kata ini dipakai, apa yang ditunjukkan di luar belum
tentu menggambarkan apa yang ada di dalam. Ya, kata-kata dari anonim tersebut
cukup terbukti. Tidak ada penjelasan yang logis untuk mendukung perasaan dan
intuisi, hanya kekuatan saja.
Apakah mereka menangisi keadaan ?
Hanya berpikir betapa kuat mereka menghadapi
kehidupan seperti itu. Tidak semua orang bisa mengerti keadaan mereka. Kelengkapan
hidup mereka yang beruntung telah menutup kepekaan terhadap kondisi selain yang
mereka hadapi sehari-hari. Apakah perlu sampai merasakan hal yang sama dengan
mereka untuk bisa peka ? Jawaba tidak akan dipilih. Selanjutnya, bagaimana agar
kepekaan bisa tumbuh ? Jawabannya ada disekitar dan sudah seringkali dilakukan
namun tidak disadari. Mengapa ? Karena sedikit perhatian seringkali diabaikan
dan hanya dianggap angin lalu. Padahal, yang sedikit itu mampu mengubah yang
banyak dan yang lebih besar. Ya, sedikit perhatian itu mungkin jawabannya. Atau
mungkin hanya salah satunya ?
Mari membuka mata dan
pikiran untuk menggerakkan mata, kaki, dan tangan ke arah yang membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar